Tuesday, September 22, 2015

Solo Trip - Karimun Jawa

Another solo trip. Ya, rencana dadakan yang baru dibikin H-1 akhirnya terealisasi. Hari Minggu sepulang gereja saya meminta izin orang tua kemudian langsung mencari sedikit informasi mengenai penginapan di Karimun Jawa. Kalau kamu melakukan riset singkat, sudah terkenal di berbagai blog, yaitu Salami Homestay milik Pak Anto. Hari itu saya langsung menghubungi no yang tertera di website Salami Homestay dan menanyakan apakah ada tempat untuk saya bisa menginap di situ selama di Karimun Jawa. Mengapa memilih Salami Homestay? Karena berdasarkan hasil googling, di homestay ini per malamnya dikenakan biaya 35 ribu per orang. Tempatnya pun bersih dan lewat pemilik homestay ini, kita juga bisa sekaligus meminta untuk diurusi untuk island hopping & snorkling. Hal yang berbeda dalam trip kali ini adalah serba minimalis. Hanya sebuah hydropack yang biasa digunakan oleh pelari/pesepeda yang saya gunakan untuk traveling beberapa hari kedepan.

Bawaan Selama Trip Ini




Minggu, 21 Juni 2015
Perjalan dimulai di sore harinya , dengan naik Gojek tarif promo dari Tanjung Barat ke Pondok Pinang. Saya diberitahu saudara saya bahwa ada bus yang berangkat sekitar jam 6 sore dari Jakarta ke Jepara. Sesampai di pool bus, tinggal satu bus yang ke arah Jepara yaitu PO Muji Jaya. Berangkat dari Jakarta sekitar pukul 5 sore dan tiba di Jepara sekitar pukul 3 subuh. Pertimbangan saya menggunakan bus daripada kereta api adalah yang pertama, karena berangkat dadakan, maka tiket kereta api sudah abis. yang kedua adalah waktu tiba di Jepara. Kapal dari Jepara ke Karimun Jawa tersedia pada pagi hari, apabila menggunakan kereta dan baru sampai Semarang, maka jika telat sedikit saya harus menginap semalam di Jepara. Apalagi transportasi dari Semarang ke Jepara juga belum tahu naik apa dan berapa lama waktu tempuhnya.


Bus Muji Jaya


Senin, 22 Juni 2015
Setelah tiba di Alun-Alun Jepara pada sekitar pukul 3 subuh, saya kemudian langsung mencari ATM BCA, karena di Karimun Jawa berdasarkan informasi tidak terdapat ATM kecuali ATM BRI. Kemudian saya melanjutkan berjalan kaki dari alun-alun ke arah Pelabuhan Kartini. Jaraknya lumayan jauh, namun karena saya sekaligus menghabiskan waktu sambil menunggu pagi (kapal baru tersedia pagi hari) dan bawaan minimalis, maka saya memutuskan berjalan kaki ke Pelabuhan Kartini dengan bantuan google maps.
Setiba di Pelabuhan Kartini, ternyata kapal feri Jepara-Karimun Jawa, yaitu KMP Siginjai sedang tidak beroperasi akibat cuaca buruk. Kapal yang beroperasi ternyata kapal Express, yaitu Express Bahari. Budget pun melambung karena selisih antara kapal feri dan kapal ekspres lumayan jauh. Tarif KMP Siginjai adalah 60 ribu, sedangkan Express Bahari adalah 150 ribu. Tapi daripada saya tertahan lebih lama di Jepara, maka lebih baik menggunakan kapal express. Beruntungnya saya karena pada hari itu ada kapal yang menyebrang, karena beberapa hari setelahnya, ketika saya berkenalan dan ngobrol dengan seorang turis dari Bandung, dia sempat tertahan 2/3 hari di Jepara karena tidak ada kapal yang menyebrang.



Setelah sekitar 2 jam menyebrang, kapal express merapat di pelabuhan di Karimun Jawa. Di Karimun Jawa-nya sendiri cukup sepi, mungkin karena sedang bulan puasa. Sepengamatan saya, turis lokal dan turis mancanegara disana cukup seimbang. Dari pelabuhan saya berjalan kaki sampai ke homestay, jarak yang menurut saya dekat, tapi mungkin menurut orang yang malas jalan kaki akan terasa jauh.

Express Bahari

Dermaga Karimun Jawa

Salami Homestay yang saya tempati bersih dan kamarnya luas. Lantai satu adalah tempat keluarga Pak Anto tinggal, lantai dua adalah Homestay-nya. Ada dua kamar, yang satu di luar, yang satu lagi di dalam, dan kamar mandi bersama. Saya menempati yang di luar. Sebenarnya di kamar luar tersebut terdapat 3 buah ranjang yang berukuran besar. Tapi pada saat itu Karimun Jawa sedang sepi, sehingga yang menginap di Salami Homestay hanyalah saya sendiri. Setelah menaruh barang di homestay, saya ditawari untuk menyewa motor oleh istri Pak Anto (Pak Anto sedang di Jepara selama saya berada di Salami) untuk memanfaatkan waktu yang masih panjang. Saya akhirnya menyusuri jalan dari Alun-Alun Karimun Jawa sampai ke arah airport. Hari itu, Karimun Jawa sedang cerah sehingga matahari cukup menyengat ke kulit. Kulit menghitam? Ah bodo amat :))

Salami Homestay

Pantai Batu Topeng
Untuk masuk ke pantai ini, dikenakan tarif untuk kendaraan. Dengan 2 ribu rupiah, motor sudah bisa masuk sekalian ke Pantai Tanjung Gelam. Kesan pertama ketika sampai di Pantai Batu Topeng adalah bersih dan indah, Yang unik dari pantai berpasir putih ini yaitu ada semacam saung di pantai ini. Ketika saya kesana menjelang tengah hari, hanya ada saya dan beberapa turis luar negeri yang sedang berjemur sambil membaca buku. Saya pun juga sudah mempersiapkan buku bacaan. Membaca buku sambil ditemani deburan ombak, angin sepoi-sepoi, langit biru, pasir putih, jauh dari hiruk pikuk perkotaan... rasanya nikmat!
Pantai Batu Topeng (1)

Pantai Batu Topeng (2)

Trekking Mangrove
Ini pertama kalinya saya masuk ke hutan mangrove. Di Pantai Indah Kapuk katanya sih ada, tapi saya belum sempat kesana jadi tidak bisa membandingkannya. Karcis untuk masuk ke kawasan ini adalah 5 ribu rupiah. Menurut saya jalur trekking-nya cukup baik dan terurus. Di tengah-tengah perjalanan ada semacam menara untuk kita bisa melihat keindahan hutan mangrove dari atas.

Trekking Mangrove

Pantai Barakuda
Pantai ini sebenarnya berada di depan sebuah resort, yaitu Ary's Lagoon Resort. Berbeda dengan Pantai Batu Topeng yang alami, di pesisir Pantai Barakuda ini sudah dirombak oleh si empunya resort sehingga terlihat lebih rapi dan terurus. Di depan-depan resortnya, terdapat rerumputan yang ditanam, yang membuat resort ini menjadi lebih indah. Saya hanya singgah sebentar karena perut pun sudah lapar.

Pantai Barakuda

Airport
Ini bukan tempat wisata, tetapi karena sudah terlanjur jauh, saya akhirnya menyempatkan diri melihat airport di Karimun Jawa. Sepengelihatan saya, hanya ada Susi Air yang beroperasi untuk rute Semarang-Karimun Jawa. Dan pesawat tersebut hanya beroperasi seminggu 2x (CMIIW). Airport ini merupakan ujung dari perjalanan darat saya. Jaraknya sekitar 20km dari Alun-Alun Karimun Jawa. Berhubung perut sudah sangat lapar, dengan cukup cepat saya mengendari motor untuk kembali ke pusat kota.

Rumah Adat
Sambil berjalan ke pusat kota, saya singgah di rumah adat di pinggir jalan. Saya kelewatan lokasi ini ketika sedang perjalanan pergi. Namun karena badan sudah mulai lemas, saya hanya foto rumah tersebut dari depan dan kemudian kembali ke pusat kota untuk mencari makan. Menurut info yang saya dapatkan dari guide saya ketika snorkling, katanya di belakang rumah adat tersebut ada pantai yang indah. Mungkin ada yang pernah kesitu?

Sekitar jam 2 siang saya akhirnya tiba kembali di pusat kota. Berhubung saat itu sedang bulan puasa, hanya ada sedikit rumah makan yang buka. Kata ibu di homestay, ada rumah makan yang buka di dekat pelabuhan feri. Jadi di Karimun Jawa ini terdapat dua pelabuhan. Yang pertama adalah pelabuhan feri dan kapal express ke arah Jepara. Yang kedua adalah pelabuhan barang dan wisata (tempat kapal-kapal untuk island hopping).

Setelah makan siang, karena jalur darat sudah selesai ditempuh, saya kembali ke Pantai Batu Topeng untuk menanti sunset. Sambil menunggu, saya akhirnya menceburkan diri untuk menikmati air pantai yang jernih. Singkat cerita, sunset pun tiba. Dan hari pertama saya di Karimun Jawa dilengkapi oleh bersihnya langit ketika matahari terbenam. Perfect!

Sunset di Pantai Batu Topeng
Setelah menyaksikan keindahan sunset, saya kembali ke homestay untuk mandi kemudian langsung mencari makan malam. Berdasarkan blog-blog yang saya baca, makan ikan di Alun-Alun merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan di Karimun Jawa. Malam itu, saya memesan ikan kakap putih kalau tidak salah. 23 ribu ikan kakap putih satu ekor sudah termasuk nasi putih. Dihidangkan pula dua jenis sambal, yaitu sambal kecap dan sambal terasi. Silakan dicoba keduanya. Nikmat!

Penjual Ikan Bakar di Alun-Alun Karimun Jawa

Setelah makan malam, saya membeli sego kucing seharga 4 ribu rupiah sebanyak 2 buah untuk besok sarapan pagi. Pada saat itu sedang bulan puasa, sehingga saya mengantisipasi daripada paginya saya kesulitan untuk mencari makanan. Apalagi saya akan snorkling keesokan harinya.

Setelah itu, saya kembali lagi ke homestay untuk beristirahat malam. Sebelumnya saya mencuci dahulu baju-baju, karena baju yang saya bawa hanya 3 buah dan celana 2 buah. Tentunya baju dan celana dengan bahan yang mudah kering. Oh iya, jangan lupa untuk mencharge semua gadget yang dibawa, karena listrik di Karimun Jawa hanya berjalan dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Di sekitar alun-alun pun terdapat hotspot wifi-id. Karena disana M3 sinyal internetnya sangat kurang bagus, maka saya menggunakan paket wifi-id yang beberapa jam.

Selasa, 23 Juni 2015
Pagi Karimun Jawa! Pagi ini saya sudah merencanakan untuk lari pagi di Karimun Jawa. Start sekitar setengah 6 pagi dengan destinasi Bukit Joko Tuwo-Pelabuhan Feri-Pelabuhan Barang/Wisata. Jarak yang didapatkan sekitar 4km.

Bukit Joko Tuwo
Dari bukit ini kita bisa melihat pusat Kota Karimun Jawa dari ketinggian. Bisa melihat alun-alun, pelabuhan feri, dan pelabuhan barang/wisata. Disini bukit ini terdapat beberapa saung. Dan terdapat kerangka tulang ikan paus (kalau saya tidak salah). Tanjakannya cukup lumayan dari pintu masuknya. Lumayan sedikit trekking sambil mengeluarkan keringat, hehe. Karena hari masih terlalu pagi ketika saya lari pagi menuju bukit ini, maka loket pembelian karcis pun belum ada yang jaga. Kalau saya tidak salah liat tarifnya adalah 10 ribu rupiah.

Pemandangan dari Bukit Joko Tuwo

Dermaga Wisata & Barang Karimun Jawa

Lari Pagi

Seusai lari pagi, saya kembali ke homestay untuk berganti sendal jepit, mengambil tas dan perlengkapan snorkling yang saya sewa dari homestay. Jadi ketika sampai di homestay kemarin, saya langsung berkoordinasi dengan ibu Anto (istri Pak Anto) untuk mengambil paket snorkling dari homestay. Tarifnya adalah 150 ribu untuk sehari snorkling. Karimun Jawa memiliki 2 rute utama untuk snorkling. Yang pertama ke timur dan yang kedua ke barat. Kedua rute tersebut memiliki keunikan yang berbeda-beda, sehingga sayang untuk dilewatkan. Sebenarnya Salami Homestay memiliki perahu dan guide snorkling sendiri, namun karena kebetulan hanya saya yang menginap disitu, sehingga saya dicarikan rombongan dari homestay lain. Berdasarkan riset lewat blog, pemilik Salami Homestay merupakan penduduk Karimun Jawa, sehingga sepertinya tidak sulit untuk berkoordinasi untuk menitipkan saya pada rombongan lain. Untuk costumer seperti saya sangatlah enak, tidak perlu pusing untuk mencari-cari rombongan lain lagi. Belakangan saya baru tau bahwa harga yang ditawarkan sudah cukup murah, karena rombongan yang bersama saya bilang bahwa mereka dikenakan tarif 175/180 ribu per hari untuk snorkling. Menurut saya cukup worth ya karena 150 ribu sudah termasuk kamera bawah air (dipegang oleh guide), alat snorkling, biaya sewa kapal, dan makan siang paket lengkap (ikan bakar, tempat/tahu, dan nasi) di pulau yang akan dikunjungi. Jangan lupa untuk membawa flashdisk untuk mentrasfer foto-foto bawah air. Kalau tidak membawa jangan khawatir, kita tinggal menambah biaya CD.

Sekitar pukul 9 kurang, setelah rombongan berkumpul, akhirnya kapal kami berangkat. Dalam kapal kami terdiri dari 1 keluarga dari Bandung yang terdiri dari 6 orang, 1 pasangan (cowo-cewe) dari Bandung, 1 pasang suami-istri turis (laki-laki dari Amerika, perempuan dari Cina). Sejak di dermaga, keluarga itu udah pake Bahasa Sunda, gatel banget mau ikutan ngobrol. Akhirnya kenalan semua pas lagi di atas kapal. Spot snorkling pertama ini lokasinya deket Pulau Cemara Kecil.

Pulau Cemara Kecil
Ini pulau juara banget! Pas sampe sini pas banget lagi cerah. Jadi kombinasi pasir putih, hijau tanaman di pantai, langit biru dan biru lautannya bener-bener.. ga bisa digambarkan dengan kata-kata. Speechless! Pulaunya kecil, jadi kita bisa jalan kaki keliling pulau. Di bagian belakang pulau (bagian depannya tempat bersandar kapal).. pantainya keren banget. Kaya kolam renang terluas di dunia karena pasir putih dan bener-bener ga ada tanaman di lautnya. Laut dangkalnya pun lumayan jauh dari bibir pantai. Di pantai ini kita cukup lama karena sampai makan siang dari jam setengah 11 sampai kurang lebih jam 1. Makan ikan bakarnya pun nikmat banget karena ikannya fresh, terus dimakan  di bawah pohon, di pinggir pantai. Guide-nya pun udah masang hammock setelah kita merapat ke Pulau Cemara Kecil. Jadi sambil nunggu bisa santai-santai tidur-tiduran di atas hammock di pinggir pantai ditemani angin sepoi-sepoi. Rasanya celetukan santai kayak di pantai bukan cuma celetukan belaka. Semua terasa santai, beban pikiran hilang!


Pulau Cemara Kecil

Bersantai di atas hammock

Dari Pulau Cemara Kecil, kita lanjut ke snorkling point berikutnya. Saya agak lupa-lupa inget kalau ga salah kita mampir di 2 spot snorkling sebelum kemudian merapat ke Pantai Tanjung Gelam. Sangking menikmatinya sampe lupa hahaha. Pokonya snorkling hari pertama ini puas deh sama yang namanya snorkling. Setelah snorkling, rombongan kita foto-foto lompat dari atas kapal ke laut dulu. Seru! :))

Pantai Tanjung Gelam
Pantai ini sebenarnya bisa ditempuh lewat jalur darat. Cuma karena kemarin ragu sama jalurnya, jadi baru sempet kesini bareng rombongan naik kapal. Pantainya ga kalah bagus sama tetangganya, Pantai Batu Topeng. Di pantai ini kondisinya ada beberapa tempat jualan yang lebih banyak daripada di Pantai Batu Topeng. Tapi sepengamatan saya, pantainya masih bersih. Kita disini sampai sunset. Dan lagi-lagi, sunset hari kedua dapet matahari bulet lagi. Matahari bulet yang tenggelam ke tengah lautan nan jauh disana. Disini saya akhirnya ngobrol-ngobrol banyak sama pasangan turis yang dari Bandung itu. Yang satu alumni FH Unpad 2008, punya usaha penyewaan alat-alat outdoor di Gegerkalong. Yang satu lagi Satra Inggris UPI kalau ga salah, angkatannya lupa. Nah mereka kebagian kurang beruntung karena sempet ketahan di Jepara 2 atau 3 hari karena ga ada kapal yang nyebrang ke Karimun Jawa. Dan karena ngejar waktu, mereka besok mau pulang naik kapal barang karena tidak ada kapal yang beroperasi besok, baik feri maupun ekspres.

Pantai Tanjung Gelam
Sunset di Pantai Tanjung Gelam

Setelah menyaksikan sunset bulet di hari kedua, rombongan kembali ke dermaga. Saya yang tadinya masih berpikir budget untuk 2x snorkling langsung luluh, karena besok rombongan akan ke barat. Udah terlanjur sampe sini, kenapa ga sekalian bukan?

Setelah bersih-bersih dan mandi di homestay, saya cari makan malam sekalian jajan-jajan. Malam itu saya makan nasi goreng seharga 10 ribu, terus jajan cilok, siomay, dan jus pear. Maklum habis snorkling pasti laper kan :p. Tidak lupa, seperti malam sebelumnya, saya membeli sego kucing lagi untuk sarapan besok. Ternyata di penjual yang ini harganya lebih murah, yaitu 3 ribu saja! Bungkus 2! Oh iya, dari Jakarta saya bawa sambel goreng kentang dan juga abon. Jadi lumayan jadi tambahan lauk :). Setelah makan malam selesai, saya kembali ke hotel untuk kembali cuci-mencuci baju. Kemudian tidur malam.

Rabu, 24 Juni 2015
Hari kedua snorkling! Hari ini kita akan ke barat Karimun Jawa. Hari ini ga lari pagi lagi karena udah kemaren. Setelah sarapan, langsung jalan ke dermaga. Tujuan pertama hari ini langsung ke Pulau Cilik. Kondisi ombak cukup besar sehingga mengombang-ambingkan kita di dalam kapal. Spot snorkling pertama di hari kedua ini adalah di sekitar dermaga Pulau Cilik.

Pulau Cilik
Snorkling di sekitar dermaga pulau cilik ini sangat mengesankan! Terumbu karangnya bener-bener banyak. Walaupun di beberapa tempat terlihat ada kerusakan, beberapa menurut saya karena terinjak oleh para turis. Ya, sayang sekali banyak terutama orang lokal yang tidak mengerti bahwa karang tidak boleh disentuh maupun diinjak. Bahkan guide-nya sekalipun. Pemberian roti terhadap ikan juga setahu saya tidak tepat karena itu bukan makanan aslinya. Tolong dikoreksi ya :). Yang paling wah dari snorkling di Pulau Cilik ini adalah letak terumbu karang yang sangat dekat dengan pantai. Sehingga untuk snorkling di dekat pantai, saya sangat berhati-hati karena takut badan terkena terumbu karang dan fin saya menghantam terumbu karang. Saya sekarang percaya dengan foto-foto yang biasa saya lihat di google atau di forum-forum, dimana si fotografer bisa mengambil setengah gambar bagian atas adalah pantai, dan setengah gambar bagian bawah adalah terumbu karang di dalam air.

Pulau Cilik
Terumbu karang bisa dilihat dari atas sangking dangkalnya.

Seusai snorkling, rombongan kami menikmati Pulau Cilik sampai dengan makan siang. Saya menghabiskan waktu dengan berjalan mengelilingi pulau dan ngobrol dengan sesama turis yang ada di rombongan. Saya baru tahu kalau di Cina, Facebook, Google, Whatsapp, Line, di blok sama pemerintah mereka. Pasangan Amerika-Cina ini tinggal di Cina. Si suami berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris, dan si istrinya berprofesi sebagai guru juga (saya lupa guru apa, kalau tidak salah guru bahasa Cina deh). Ketika itu si istrinya bilang bahwa "People in China say that Indonesia is a paradise." Setelah pertemuan itu, saya akhirnya masih kontak dengan pasangan itu via email. Dapet teman baru lagi. :) Menu makan siang hari ini tidak jauh berbeda dengan yang kemarin. Paling hanya lauk sampingannya saja yang berubah, intinya tetap ikan bakar. Tetap nikmat karena disantap lesehan di atas tiker di pinggir pantai sambil ditiup angin sepoi-sepoi.

Penangkaran Hiu I
Setelah makan siang, kapal melaju ke penangkaran hiu. Disini kita akan melihat hiu putih dan bisa snorkling bareng hiu. Selain hiu, di kolam yang sama terdapat Giant Trevally (itu loh, ikan yang biasa ditangkep di acara mancing mania). Giant Trevally atau dikenal GT ini lebih gesit daripada hiu. Katanya kalau mau snorkling disini, yang penting adalah kita ga ngelakuin suatu hal yang membuat ikan terkejut. Jadi tenang-tenang aja ya, hehe. Udah sampe Karimun Jawa, karena ga mau rugi akhirnya saya turun snorkling bareng hiu (lebih tepatnya jalan di kolam sambil kepala masuk air sih bukan snorkling).
Setelah snorkling bersama hiu, dilanjutkan snorkling dari dermaga di pulau tempat penangkaran hiu ini ke bibir pantainya. Saat itu air laut sedang dingin-dinginnya, perbedaan arus dingin dan panasnya lumayan berasa di kulit.

Penangkaran Hiu I


Penangkaran Hiu II
Dari penangkaran hiu yang pertama, kami melanjutkan ke penangkaran hiu yang kedua. Penangkaran hiu ini letaknya cukup dekat dengan dermaga di Karimun Jawa. Di penangkaran ini, hiunya adalah hiu hitam. Tapi menurut saya, kurang worth karena dikenakan biaya masuk per orang, bahkan walau kita hanya melihat sebentar saja. Mungkin cukup worth apabila kamu mau ikut turun lagi 'berenang' bersama hiu dan berfoto di dalam kolam tersebut. Kalau saya sih udah males :D.

Selanjutnya, rombongan kembali ke dermaga di Karimun Jawa. Tepat jam sunset! Dan lagi lagi.. sunset bulet! Bersyukur banget rasanya 3 hari berturut-turut dapet sunset yang bersih dan di tiga spot yang berbeda. Thank God!

Sunset di Dermaga Wisata/Barang


Seperti malam sebelumnya, setelah mandi saya makan malam. Karena sudah overbudget di beberapa sektor, maka saya mencari makan murah. 4 buah sego kucing saya beli malam itu. 2 untuk makan malam, dan 2 untuk besok sarapan, serta segelas es teh manis untuk melengkapi malam terakhir di Karimun Jawa. Malam ini tidak ada kegiatan cuci-mencuci karena besok pagi sudah menyebrang kembali ke Jepara. Sebelum tidur saya menyelesaikan semua pembayaran kepada istri dari Pak Anto untuk homestay, sewa motor, dan snorkling.

Kamis, 25 Juni 2015
Selamat pagi Karimun Jawa! Tidak terasa hari ini harus sudah kembali ke Jepara. Setelah bangun pagi, makan satu bungkus sego kucing dan packing sebentar. Saya pamit dan keluar homestay sekitar jam setengah 6. Kata si ibu di homestay, kalau bisa jam 6 sudah stand by di dermaga feri supaya bisa mengamankan tiket. Sekitar 15 menit jalan dari homestay ke dermaga feri, saya langsung ke loket dan setelah itu segera naik ke atas feri. Benar saja, feri sudah lumayan ramai karena kapal terakhir yang ke Jepara adalah kapal ekspres yang saya naiki ke Karimun Jawa. Jadi karena rutenya adalah pulang-pergi, maka ketika saya sampai Karimun Jawa waktu itu, dermaga sudah penuh oleh calon penumpang. Karena saya datang pagi, saya masih dapat mendapatkan duduk di atas kapal. Sambil menunggu kapal berangkat, saya makan sego kucing yang saya bawa. Semakin lama penumpang semakin membludak. Banyak yang tidak mendapatkan tempat duduk akhirnya mengemper di lorong-lorong samping tempat duduk, termasuk turis asing. Ya, memang salah satu kendala pariwisata di Indonesia adalah kurangnya transportasi yang memadai. Apalagi moda transportasi laut yang sangat bergantung dengan alam (gelombang dan angin). Bahkan saya menemukan ada seorang ibu yang menggelar tiker tepat di bawah tangga tempat naik awak kapal dan tempat menuju dek atas. Otomatis tiker tersebut jadi keset bagi orang-orang yang lalu lalang disitu. Miris. Dek atas baru bisa diisi penumpang setelah kapal mulai berlayar. Menurut analisis saya, hal tersebut diterapkan supaya tidak ada penumpang gelap yang sembunyi-sembunyi di atas dek kapal. Setelah diperbolehkan naik ke atas dek kapal, saya juga ikut naik ke atas karena ingin mencari angin. Angin di bagian belakang dek atas sangatlah kencang, bahkan ketika saya sedang makan popmie, garpu saya terbang dan entah kemana. Akhirnya saya makan pop mie tanpa garpu. Silakan dibayangkan sendiri bagaimana, hahaha (pop mie diminum dahulu kuahnya, baru kemudian mienya dimakan kering. Untungnya mienya udah matang, ga kaya mie remes).Kalau di bagian tengah dek, angin tidak terlalu kencang bahkan cenderung tidak ada karena tertahan oleh bagian depan kapal, tempat awak mengemudikan kapal. Karena perjalanan menempuh waktu yang cukup lama, saya akhirnya memilih untuk goleran di atas dek kapal, mengikuti turis-turis lain yang sudah lebih dahulu menge-tag tempat di dek atas, baik turis lokal maupun turis mancanegara. Kadang memejamkan mata, kadang membaca buku, bahkan ada mahasiswa yang lagi curhat ke temennya di samping saya ketika saya sedang membaca buku. KMP Siginjai berlayar sekitar pukul 7 kurang dan tiba di Jepara pada pukul setengah 12 siang.

KMP Siginjai (1)

KMP Siginjai (2)

KMP Siginjai (3)


Karena ini trip dadakan, saya baru memesan tiket pulang ketika baru sampai di Jepara. Saya memesan tiket kereta api via tiket[dot]com dan langsung membayar via ATM sekalian mengambil uang sebelum ke Karimun Jawa. Saya mendapat tiket kereta api ekonomi (mahal) dari Semarang menuju Bandung pukul setengah 8 malam kalau tidak salah. Karena masih cukup lama, saya akhirnya memilih untuk berjalan kaki ke terminal di Jepara. Jaraknya ternyata lumayan jauh hahaha, sempet berpikir untuk naik becak di tengah jalan, tapi udah tanggung. Gapapalah mumpung bawaan sedikit. Menjelang terminal, ternyata sudah ada bus yang berangkat menuju Semarang. Dan ternyata di dalam bus sudah ada beberapa orang yang saya lihat di kapal feri, sudah duduk di dalam bus. Ternyata tidak berbeda jauh ya yang naik becak dan yang berjalan kaki, hehe. Tarif bus ekonomi (bentuknya semacam metromini di Jakarta) adalah 20 ribu rupiah. Sebelumnya ketika perjalanan pergi ke Jepara menggunakan bus, menurut info penumpang di sebelah saya Jepara-Semarang tarifnya hanyalah 6 ribu. Tapi ya sudahlah.

Bus yang saya tumpangi berhenti di Terminal Terboyo Semarang. Dari situ karena waktu masih panjang, saya akhirnya menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan ke Simpang Lima Semarang. Dari Terminal Terboyo, saya menaiki bus TransSemarang sampai ke Simpang Lima. Makan siang kali ini saya makan di McD. Ceritanya lagi pengen makan fastfood soalnya haha. Setelah itu sekitar jam empat sore saya pergi ke Stasiun Tawang untuk mengetahui dimana lokasi stasiunnya dan mencetak tiket di stasiun. Dari Stasiun Tawang, saya kembali ke Simpang Lima untuk mencari makan malam. Namun sayang sekali, TransSemarang hanya beroperasi sampai jam 6 sore hari. Sehingga setelah makan sop buah di Simpang Lima, saya memutuskan berjalan kaki sampai ke Stasiun Tawang. Lumayan jauh, tapi lagi-lagi sekalian untuk menghabiskan waktu. Kereta yang saya tumpangi jadwalnya adalah pukul setengah sembilan malam, yakni kereta Harina jurusan Semarang Tawang-Bandung. Kereta ekonomi ini satu rangkaian dengan kereta bisnis dan eksekutif sehingga harganya lumayan menguras budget.

Perjalanan Semarang-Bandung memakan waktu sekitar 8 jam. Di perjalanan saya berkenalan dengan ibu yang ada di samping saya. Dia adalah seorang guru bahasa Inggris yang sedang melanjutkan S2 di UNNES. Selama perjalanan di depan saya ada orang bule dengan temannya yang saya kira orang Indonesia. Karena space di kereta ekonomi cukup sempit, awalnya kaki yang saya kira orang Indonesia itu sedang selonjoran. Ketika saya bergerak, dia refleks langsung melipat kakinya dan saya bilang "udah gpp, lurusin aja." Eh ternyata dia malah tetap membengkokkan kakinya. Saya berkata perlahan dan akhirnya dia bilang "I don't understand what are you talking about." :)) Setelah itu kami mengobrol. Dia ternyata adalah mahasiswa dari Filipina yang sedang belajar di UNNES juga. Temannya yang perempuan berasal dari Lithuania yang juga sama-sama belajar di UNNES. Seingat saya si Josh mengambil jurusan Budaya Batik, sedangkan si Monika mengambil jurusan Bahasa Indonesia. Lagi-lagi mendapat teman baru :). Mereka ternyata akan berlibur ke Bandung bersama kedua temannya yang lain yang kursinya terpisah. Dari beberapa perkataan mereka saya agak sedikit tersenyum miris karena mereka bilang bahwa orang Indonesia sangat malas jalan kaki, motorlah yang juara. :)) Memang bener sih, cuma ya ga semua orang bisa di cap gitu kan. Saya mah kuat jalan kaki jauh. :p Kami mengobrol seputar tempat makan di Bandung, tempat wisata, dan mereka bertanya mengenai jarak dari Stasiun Bandung ke Buah Batu (ke tempat teman mereka), jarak ke ITB dll. Saya sih merekomendasikan mereka agar naik taksi patungan, apalagi mereka nyari alamat kan. Cuma mereka bilang jarak 8 kilo itu deket (di google maps kalo ga salah jaraknya segitu deh). Ga tau deh mereka gimana pada akhirnya. Josh sempat meminta no hp saya untuk bertanya barangkali mereka membutuhkan arah.

Jumat, 26 Juni 2015
Sekitar pukul 4.30 pagi kereta telah tiba di Stasiun Bandung. Karena setahu saya angkot Antapani-Ciroyom belum beroperasi jam segitu. Akhirnya saya memilih untuk coba mengorder Gojek untuk pertama kalinya di Bandung. Ternyata beberapa menit kemudian, ada driver Gojek yang ngambil orderan saya. Dia rumahnya di deket PVJ. Selama perjalanan saya ngobrol dengan si driver Gojek seputar kehadiran Gojek di Bandung. Di tengah pembicaraan dia bilang "Wah lumayan banget nih, pagi-pagi langsung dapet 40 ribuan." Sama-sama Pak, saya juga bersyukur bisa ke rumah dengan cepat dan murah karena Gojek masih promo ceban. Rezeki banget ya, abis sahur langsung dapet orderan. :) Dan setelah menerabas dinginnya Bandung pagi itu, saya akhirnya tiba dengan selamat di rumah dan langsung tidur! Tidur di kereta kurang puas sih soalnya hehehe.

Berikut rekapitulasi biaya utama yang dikeluarkan selama perjalanan:
200.000 - Bus Muji Jaya (Jakarta-Jepara) berangkat dari Pondok Pinang
150.000 - Express Bahari (Jepara-Karimun Jawa)
150.000/hari - Snorkling di Karimun Jawa (Saya merekomendasikan untuk 2 hari snorkling, yaitu ke barat dan ke timur)
50.000/hari - Salami Homestay
60.000/hari - Rental motor (dari Salami Homestay)
60.000 - KMP Siginjai (Karimun Jawa-Jepara)
20.000 - Bus Jepara-Semarang
185.000 - Kereta Api Ekonomi Harina (Semarang Tawang-Bandung)
Total: 1.125.000 untuk 5 hari (termasuk perjalanan, 3 malam di Karimun Jawa)

Berikut ada beberapa tips dari saya untuk bepergian ke Karimun Jawa dengan bawaan sedikit:
1. Spare waktu yang cukup untuk ke Karimun Jawa karena cuaca benar-benar tidak bisa diprediksi. Jika sangat terikat dengan waktu mungkin bisa mencoba menggunakan pesawat dari Semarang.
2. Tidak perlu membawa banyak baju, pilihlah baju olahraga yang bahannya dry fit sehingga mudah kering. Di homestay ada ember, sehingga bisa mencuci baju. Tinggal gonta-ganti aja. Begitu juga dengan celana.
3. Bawa tumbler untuk menghemat! Lumayan di homestay kan ada galon isi ulang. :)
4. Kalau mau pergi-pulang naik kereta api ekonomi harus berhati-hati karena jadwalnya mepet dengan jadwal berangkat kapal ke Karimun Jawa (pergi) maupun tibanya kapal di Jepara (pulang).
5. Jika ingin numpang menginap, bisa coba datang dan tanya-tanya ke Seasky. letaknya di jalan antara pelabuhan kapal feri/ekspres dan alun-alun, berada di kanan jalan. Kemarin saya sempat ngobrol-ngobrol dengan guide disitu yang ternyata alumni salah satu kampus di Bandung. Bagi solo traveler lain, kalau sekedar numpang tidur saja katanya bisa disitu dengan biaya 35 ribu/malam dengan ngampar di ruang bersama kalau tidak salah.

Ya demikianlah cerita solo trip edisi Karimun Jawa kali ini. Tetap sehat, tetap semangat, dan tetap jalan-jalan lagi! :))  Semoga bermanfaat! See you next trip!

*semua foto-foto di blog ini #nofilter
*ada kesalahan penulisan, snorkling mustinya snorkeling. thx to @mahritaa for the correction!

1 comment:

  1. Si!p makasih banyak informasinya. Semoga harga salami belum berubah ya gan. Salam wisata.

    ReplyDelete