Sunday, August 18, 2013

Alangkah Lucunya Jakarta Ini

sumber: stereotone.blogspot.com

terhitung sejak pertengahan 2010 saya mulai menginjakkan kaki di (pinggiran) ibukota Indonesia. sekitar 3 tahun sudah menjalani kehidupan di kota yang katanya keras, kota yang banyak diserbu orang setiap hari lebaran usai. tentunya di 3 tahun belakangan ini, saya sudah merasakan berbagai pengalaman unik di hari-harinya. tadinya judulnya pengen kaya salah satu film itu, "alangkah lucunya negeri ini". tapi kurang tepat rasanya kalau cuma membahas Jakarta karena tentunya Indonesia bukan hanya Jakarta saja.



di tulisan ini, anda akan menemukan bahwa hal-hal yang sebeneranya mengesalkan, yang cukup menarik untuk diperhatikan, terutama oleh saya. Jakarta katanya sudah maju, tapi kelakuan masyarakatnya kok seperti orang yang kurang terpelajar ya? berikut merupakan kejadian yang saya alami sendiri, khususnya ketika sedang berkendara:

  • pemotor yang menyusul mobil dari kiri jalan, tiba-tiba pengen belok ke kanan. idealnya, pemotor tersebut harus siap mental diklakson oleh kendaraan lain yang sudah berada di jalur yang benar mau terus. uniknya, pemotor ini malah meneriakkan klakson panjang, seakan kendaraan lain yang sudah berada di jalur yang benar tersebut salah.

kesimpulan: bikin kesalahan, tapi malah marah sendiri

  • pemotor yang tidak bisa berhenti sebelum garis zebra cross. hal ini mungkin tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di Bandung, tempat asal saya. para pemotor tersebut seakan tidak mengerti rambu-rambu lalu lintas, padahal mereka sudah memiliki SIM-kan? zebra cross adalah tempa orang nyebrang. kalau motor berhenti di situ, dimana orang harus nyebrang? padahal di kota-kota lain ga segitunya loh (kota-kota lain yang dimaksud, Jogja, Denpasar).
  • pemotor  yang tidak sabaran. ketika lampu lalu lintas belum hijau, atau jalanan sedang sepi, atau counter masih tersisa 10 detik, mereka sudah memacu kendaraan mereka. hal yang membuat kesal yaitu, ketika kita ada di depannya, kita di klakson seakan kita yang salah. bahkan waktu di perempatan ragunan-tb simatupang, helm saya pernah ditoyor dari belakang oleh pengendara lain karena saya baru jalan ketika lampu benar-benar hijau. untungnya Tuhan masih memberikan kesabaran di hati ini. yang lebih kesal lagi adalah, setelah itu motor tersebut jalannya tidak kencang alias si pengendara tidak terburu-buru, malah saya susul. tentu dongkol sekali rasanya.
  • pemotor yang mengambil hak pejalan kaki. di daerah sudirman, tiap jam pulang kantor, tidak heran terdapat jalur baru yang dibuka untuk motor. yaitu trotoar jalan.

kesimpulan dari 3 poin diatas: mayoritas kedisiplinan orang Jakarta benar-benar masih 0 besar. bagaimana bisa bikin SIM kalo ga ngerti klo berhenti harus di belakang zebra cross? bagaimana bisa bikin SIM kalo ga ngerti lampu merah itu harus berhenti? katanya orang Jakarta sudah banyak yang berpendidikan, tapi kok masih banyak yang belum mengerti peraturan? apakah orang Jakarta masih menganut pepatah keliru, peraturan dibuat untuk dilanggar?

ya memang alangkah lucunya Jakarta ini. yang benar bisa jadi salah dan yang salah bisa dibenar-benarkan.

1 comment:

  1. realita lapangan bung... hahaha.. perlu diingat juga setiap harinya jakarta diserbu 6juta kendaraan dari luar jakarta dengan tujuan bekerja.

    ReplyDelete